Mengambil anak pungut
Berita tentang perilaku RB Prawira Purba yang tidak umum dan aneh
menimbulkan banyak pendapat dikalangan masyarakat. Orang yang baru
mendengar kabar/cerita sering beranggapan bahwa RB Prawira Purba adalh
orang yang kurang waras. Namun orang yang sudah menyaksikan kesaktian
beliau akan menanggapi dengan segan dan hormat. Apalagi bagi mereka yang
sudah mengenal secara pribadi dan mendapatkan pertolongan dari beliau
sangat hormat dan sangat menyayangi beliau.
Pada suatu waktu kebiasaan RB Prawira Purba bertambah, mondar-mandir
kemana-mana dengan membawa bungkusan yang tertutup rapi dan tak pernah
ditinggal. Suatu ketika dikarenakan keperluan yang mendesak, RB Prawia
Purba terpaksa harus meninggalkan bungkus kesayangannya tersebut.
Bungkusan tersebut dititip pada seorang pemilik warung. Yang mendapat
titipan tersebut merasa tersanjung dan dengan senang hati menyimpan
baik-baik bungkusan tersebut. Setelah hamper seharian RB Prawira Purba
pergi, hari telah sore ketika beliau muncul dan tiba-tiba sudah berada
di warung.
Yang pertama diucapkan oleh RB Prawira Purba adalah “Punapa mboten
nangis?” (apakah tidak menangis?). Mendapat pertanyaan tersebut pemilik
warung tidak memahami maksud pertanyaan tersebut dang anti bertanya
“ingkang ndara kersakaken nangis punika sinten?” (yang dimaksud tuan
menangis itu siapa). Dan RB Prawira Purba menjawab “punika titipan kula
(itu titipan saya).
Betapa heran sang pemilik warung, maka segera diambillah bungkusan
titipan tersebut. Dan sebaik-baik orang yang mendapat titipan adalah
orang yang menjaga amanah titipan tersebut. Karena menerima dalam
keadaan terbungkus rapat dan tertutup, terlebih tidak mengetahui bahwa
isi dari bungkusan tersebut adalah seorang orok maka sang pemilik warung
tersebut mendiamkan dan menyimpan sepanjang hari. Terlebih juga menurut
pengamatan pemilik warung tersebut bahwa bungkusan tersebut juga tidak
pernah bergerak sama sekali, apalagi menangis. Maka segera diserahkan
bungkusan tersebut kepada pemilik warung dan segera dibuka oleh RB
Prawira Purba, dan betul-betul orok bayi yang terdiam dan tidak
bergerak. Mata orok tersebut terpejam dan nafasnya lemah sekali, karena
rasa iba melihat keadaan bayi yang dalam keadaan lemah tersebut maka
pemilik warung tersebut meminta agar orok tersebut dapat dirawatnya,
tetapi pemiliknya tidak berkenan di hati dan dipertahankan untuk dibawa
pulang.
Dirumahnya di jl. Tukangan no.17 saat itu ada beberapa tamu dan penunggu
rumah yaitu Kyai Tewel, RB Prawira Purba setibanya dirumah segera
meletakkan bungkusan di meja dan dan dibuka. Menurut penglihatan mereka
yang hadir saat itu menyaksikan bahwa si orok memang betul-betul kritis.
Sebagian ada yang beranggapan bahwa si orok telah mati suri. Oleh
beliau orok tersebut diletakkan di atas meja dan beliau mundur beberapa
langkah kebelakang kemudian dipandangnya tajam-tajam orok tersebut.
Setelah beberapa saat berkonsentrasi tetapi belum ada perkembangan yang
baik, maka suasana cukup menegangkan. Setiap orang disibukkan dalam
khayalan masing-masing dan merasa bahwa RB Prawira Purba dapat
tersangkut masalah dengan pihak berwajib. Akan tetapi lamunan tersebut
dikejutkan oleh rintihan si orok disusul dengan jerit tangisan sang
bayi. Kejadian tersebut disaksikan beberapa orang, dan sejak saat itu
resmilah RB Prawira Purba memilik anak pungut yang diberi nama Surip.
Cara memandikan Surip oleh RB Prawira Purba pun cukup unik/aneh.
Diletakkannya si bayi di atas kali Code, digosok-gosok badan si Surip
sambil memegang dengan tangan, tetapi sambil berdiri pula di gosok-gosok
badan si bayi dengan kakinya. Bagi orang yang melihat dari jauh
terkesan RB Prawira Purba seakan-akan sedang menginjak-injak bayinya
tersebut diatas batu di kali. Itulah yang menjadi berita di waktu itu.
Setelah dewasa dan tua, nenek Surip atau dikenal dengan mbah Soma
tinggal dan menunggu makam RB Prawira Purba di Karang Kebolotan Sekar
Megar Sore-Semaki, Kalurahan Tahunan Yogyakarta.
(Yang beberapa waktu lalu dirusak
sekelompok orang bercadar)
No comments:
Post a Comment