Kisah RB Prawira Purba dengan Lokomotif
Pada waktu itu di Jawa sudah berkembang moda transportasi dengan Kereta
Api, diantaranya adalah NIS Nederlands(ch)-Indische Spoorweg
Maatschappij, dan SS-Staatsspoorwegen (SS). Pada saat itu baru saja
diresmikan penggunaan rel kereta api yang menghubungkan stasiun
Lempuyangan dan stasiun Tugu dan dihubungkan oleh jembatan Kewek yang
melintang di atas Kali Code.
Rupanya jembatan Kewek tersebut juga menarik perhatian RB Prawira Purba,
beliau mondar-mandir memperhatikan jembatan baru tersebut. Setelah
sekian lama memperhatikan dari jauh, beliaupun turun kebawah jembatan
tepatnya di lembah kali Code di kolong jembatan. Akhirnya setelah berada
dikolong jembatan Code, beliaupun kembali mengulangi kebiasaan beliau
yaitu berdiam diri dengan mata terpejam. Sambil duduk bersila kembali
beliau masuk kedalam samodra kalbu spiritual, bertafakur mengingat Tuhan
Yang Maha Esa.
Selang beberapa saat di atas jembatan dari arah sebelah timur terjadilah
kegaduhan yang semakin lama semakin nyaring bunyinya. Keributan
tersebut bersumber dari suara roda lokomotif yang selip karena berputar
di atas rel akan tetapi tidak dapat bergerak maju sedikitpun. Hal
tersebut terjadi berulang-ulang, semakin diperbesar kekuatan mesinnya
semakin gaduh suara roda yang berputar akan tetapi lokomotif tersebut
tetap ditempatnya dan tidak mampu bergerak ke depan. Keributan tersebut
akhirnya menyadarkan RB Prawira Purba dari samadinya, sambil
menyilangkan tangan kebelakang beliau berlalu sambil seperti biasa
tertawa menjauh dari Jembatan Kewek tersebut.
Sesudah RB Prawia Purba menjauh dari lingkungan sekitar jembatan Kewek
Kali Code, maka lokomotifpun dapat bergerak menyeberangi jembatan kea
rah barat tanpa ada kesulitan. Wallahu alam apakah peristiwa tersebut
hanya kebetulan belaka, atau memang benar-benar lokomotif tersebut tidak
mampu berjalan karena ada RB Prawira Purba dibawahnya tidak dapat
dipastikan. Akan tetapi semenjak peristiwa tersebut, nama Raden Bekel
Prawira Purba semakin terkenal dan remhanya semakin dibanjiri orang.
Dikeroyok segerombolan China
Pada suatu siang hari yang panas, di sebuah warung di Desa Gondang
Kabupaten Klaten terlihat seorang petani lusuh yang masih belepotan
lumpur sepulang dari sawah. Petani tersebut tengah asyik minum the
selepas setenagh hari bekerja di sawah. Sesaat kemudian disusul masuk
seorang Cina pedagang kelontong keliling yang bertujuan sama untuk
melepaskan dahaga di warung tersebut. Pedagang tersebut rupanya kurang
senang melihat petani kotor yang duduk sebangku dengannya. Dimintanya
agar petani tersebut agak bergeser kesudut. Akan tetapi petani tersebut
bandel dan tidak mau bergeser bahkan kakinya justru diangkat diatas
bangku. Hal tersebut membuat pedagang tersebut naik pitam dan akhirnya
terjadilah keributan di warung tersebut. Ditengah-tengah keributan
tersebut tiba-tiba ada seorang gembel yang masuk kedalam warung dan
menarik pedagang Cina tersebut keluar warung.
Pedagang tersebut menganggap si gembel sebagai kawan petani, maka tanpa
alasan lain segera dipukulnya di gembel tersebut. Tetapi pukulan sang
Cina tidak mengenai sasaran, diulangnya pukulan demi pukulan tak satupun
mengenai sasaran. Setelah sekian lama suasana semakin panas, maka
larilah pedagang tersebut untuk mencari bantuan teman-temannya.
Berbondong-bondong berdatangan kawan pedagang Cina tersebut, ada yang
membawa palu, tongkat, maupunsenjata lainnya untuk mengeroyok sang
gembel. Sebenarnya maksud si gembel menarik pedagang Cina keluar
tersebut adalah untuk memisahkan pertengkaran, dan agar tidak merusakkan
isi warung serta berimbas ke pelanggan warung lainnya. Akan tetapi yang
terjadi justru salah paham dan berkembang semakin jauh, dan si gembel
dalam keadaan dikepung siap untuk dikeroyok. Pada saat terdengar aba-aba
pukul maka berhamburanlah para pengeroyok menyerang RB Prawira Purba
alias si gembel tersebut. Akan tetapi RB Prawira Purba justru tenang
saja begitu penyerang mendekat, maka si gembel miring ke kiri diikuti
para penyerang berjatuhan kearah kiri. Segera penyerang bangun dan
menyerang kembali maka si gembel seger memiringkan tubuhnya ke kanan dan
diikuti para pengeroyoknya berjatuhan kearah kanan. Demikian
berulang-ulang sampai akhirnya para pengeroyok pun kehabisan tenaga dan
akhirnya para pengeroyok tersebut bubar sendiri.
Kisah tersebut tidak bermaksud SARA karena sebenarnya bermula dari
kesalahfahaman saja,dan RB Prawira Purba juga tidak membenci atau
bermusuhan dengan etnis tertentu. Hal tersebut terbukti dari kisah
beliau berikutnya nanti
repost kaskus TS "mdiwse"
No comments:
Post a Comment