Saturday, May 9, 2015

Kisah Ndoro Purba Cucu HB VI part 10

Melompat sejauh 25 meter

Setelah cukup lama menjadi keluarga Ki Ageng Prawira Purba, Nyi Kasihan ingin menengok keluarganya yang berada di Jambon Laweyan Klaten. Pada suatu hari sekeluarga Ki Ageng Prawira Purba, Nyi Kasihan dan Surip meluangkan waktu mengunjungi Jambon.

Perjalanan pulang mereka ditempuh dengan berjalan kaki, Surip digendong Cermo sambil menjinjing kelapa muda dan berjalan diatas rel kereta api. Cermo adalah pengikuit baru yang mengabdi Ki Ageng Prawira Purba dengan maksud belajar ilmu kehidupan. Dengan setia dia mengabdi dan mengikuti perintah serta ajaran Ki Ageng Prawira Purba. Sesampainya di kali Opak (sekitar Prambanan) tiba-tiba Ki Ageng Prawira Purba berhenti dan berkata kepada Nyi Kasihan “apakah ibu dapat melompat?” dan mendapat jawaban “dapat”. Dan apakah kau Cermo juga dapat melompat? Maka Cermo menjawab, dapat kalu mendapat restu Kyai Ageng. Yang terjadi kemudian adalah Ki Ageng Prawira Purba mendahului melompat sampai seberang disusul oleh ibu Nyai Kasihan. Kini tinggal Cermo yang menggendong Surip ragu-ragu apakah mampu melompati menyeberang kali selebar 25 meter. Dengan ragu-ragu akhirnya Cermo nekat meloncat, saat itu dia merasa ada yang melontarkan dirinya dan melewati sungai selebar 25 meter tersebut. Setelah berhasil menyeberang maka dia membalikkan badan kemudian surut mengambil ancang-ancang akan mencoba mengulangi loncatan tersebut, akan tetapi dirinya di tahan ki Ageng agar membatalkan maksudnya. Pada saat itu dirinya sadar bahwa dia berhasil meloncati sungai tersebut atas dukungan Ki Ageng, sedangkan dirinya sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Setelah beberapa tahun mengabdi kepada Ki Ageng Prawira Purba, Cermo kembali ke asalnya di desa Tulung Klaten, di kemudian hari Cermo menjadi dalang terkenal dengan sebutan Cermo Tulung.

Mencari Copet di Beringharjo

Alkisah seorang abdi berwatak jujur setia sering mendapat kepercayaan dan tugas dari tuannya. Pada suatu hari abdi tersebut mendapat tugas dari tuannya untuk menebus barang gadaian berupa perhiasan rantai emas beserta liontin, selain itu dia juga mendapat tugas belanja ke Pasar Beringharjo (Pasar di Yogyakarta terletak di ujung jalan Malioboro). Setelah belanja bermacam barang di pasar dan akan kembali, dai baru tersadar bahwa liontin beserta emas yang baru saja ditebus tersebut telah hilang. Setelah diperiksa kembali tetap saja tidak ditemukan, dicoba diturut kembali juga tidak ketemu. Rupanya perhiasan tersebut telah hilang karena dicopet, maka bingunglah si abdi tersebut. Hendak kembali ke tuannya tidak berani, mencari barang tersebut juga tidak ketemu. Dengan langkah gontai keluarlah abdi tersebut dari pasar, setelah berjalan dan termenung sekian lama teringatlah dia akan seseorang yang dapat dia minta pertolongan yaitu RB Prawira Purba. Maka oleh abdi tersebut dicarinya RB Prawira Purba ditempat-tempat beliau biasa berada, mulai dari rumah beliau di Tukangan, gapura masjid, Sompilan Ngasem, sampai akhirnya di beringin kurung alun-alun juga tidak ketemu. Setelah sekian lama mencari tidak ketemu, akhirnya abdi tersebut putus asa dan terduduk di bawah pohon beringin kurung depan alun-alun sambil menahan tangis karena kalut dan bingung tidak tahu apalagi yang harus dilakukan. Tanpa terduga dari mana datangnya tiba-tiba dating Ki Ageng Prawira Purba menendang pantat sang abdi tersebut. Tanya Ki Ageng “mengapa menangis?”, sambil menyembah abdi tersebut bangkit dan menceritakan kemalangannya hari itu dan penuh pengharapan memohon pertolongan Ki Ageng. Setelah mendengar cerita tersebut Ki Ageng berkata “ayo dicari” dan beliau langsung mendahului berjalan menuju Pasar Beringharjo. Saat itu di pasar masih ramai orang berbelanja, dan langsung tersibak begitu melihat Ki Ageng Prawira Purba masuk pasar di iringi si abdi. Kebanyakan orang cenderung segan dan takut kepada Ki Ageng Prawira Purba, mereka tidak berani mendekat karena takut mendatangkan kesialan/kematian (penyebab ketakutan ini akan diceritakan lebih lanjut). Sambil berjalan keluar masuk los Ki Ageng Prawira Purba menjadi pusat perhatian orang-orang di pasar. Setelah beberapa saat berjalan, beliau menuju suatu sudut kemudian menendang seseorang yang sedang berjongkok diantara kerumunan orang berjualan. Terkena tendangan Ki Ageng maka orang tersebut jatuh terjengkang dan terlontarlah rantai serta liontin emas tersebut. Perintah Ki Ageng “ambil pulang”, sang abdi hanya bias mengucapkan kata terimakasih dan lalu mundur pulang kerumah tuannya. Si abdi segera pulang karena khawatir urusan berkepanjangan dengan pihak aparat, dan khawatir juga ababila berlama-lama di pasar perhiasan tersebut bias hilang lagi. Adapun si pencopet juga tidak berani berbuat banyak karena yang membongkar perbuatannya adalah si gembel yang sudah kondanng di Kota Yogyakarta.


repost kaskus TS "mdiwse" 

No comments:

Post a Comment