Saturday, May 9, 2015

Kisah Ndoro Purba Cucu HB VI part 4

 Kisah RB Prawira Purba dengan Sopir Sastro

Pada masa itu di Yogyakarta sudah mulai ada mobil. Mobil selain milik pribadi terdapat juga taksi yang dapat disewa untuk mengantarkan penumpang sesuai pesanan. Di daerah jalan Solo sekitar depan bioskop Rahayu (kalau sekarang sekitar timur Mall Galeria) merupakan tempat mangkal/parkir taksi jurusan Solo (Surakarta)/arah timur lainnya.
Pagi itu ada beberapa taksi yang sedang parkir, salah satunya bernama Sastro. Sopir Sastro yang tinggal di Sosrowijayan dan mangkal di depan bioskop Rahayu tersebut didatangi seorang gembel dan mencarter opelet Sastro menuju jurusan timur. Tanpa banyak komentar, Sastro segera mengemudikan kendaraannya. Walaupun penumpang seorang gembel, tetapi Sastro tetap menghormati sang penumpang dan keduanya sama-sama diam tidak banyak yang dibicarakan.
Setelah sekian lama berjalan sampailah keduanya di kota Solo, Sastro bermaksud mengisi bahan bakar bagi kendaraannya agar dapat melanjutkan perjalanan, akan tetapi oleh sang penumpang diperintahkan agar terus saja jalan ke timur keluar kota Solo. Sastro sadar bahwa kapasitas bahan bakar kendaraannya sudah menipis, akan tetapi begitu diperintahkan si gembel dia merasa tidak dapat menolak perintah tersebut. Dengan mulut terkatup rapat Sastro terus menginjak gasnya, setelah sekian lama berjalan dia mulai berpikir dan teringat mengenai kabar hebohnya seorang sakti dari keraton Yogyakarta yang belum lama berselang. Dia mulai curiga apakah penumpang gembel ini adalah yang menjadi pembicaraan di kota Yogyakarta?.
Setelah sekian lama berselang, sampailah keduanya di Madiun. Setelah berputar-putar di kota Madiun Sastro mendapat perintah untuk kembali. Dengan lewat jalan yang sama dilalui saat berangkat, sampailah keduanya di daerah Pasar Legi Solo dan penumpang memerintahkan untuk berhenti. Penumpang langsung turun tanpa mengucapkan sepatah katapun dan berlalu meninggalkan Sastro tanpa memberi ongkos. Karena sudah curiga akan identitas si gembel penumpangnya, maka Sastro diam saja dan tidak berusaha mengejar ataupun melapor kepada aparat kepolisian. Setelah termenung beberapa saat dan bertanya-tanya dalam hati apakah penumpangnya tersebut adalah RB Prawira Purba, Sastro akhirnya memutuskan akan kembali ke Yogyakarta. Yang pertama dia lakukan sebelum melanjutkan perjalanan adalah memeriksa bahan bakar kendaraannya, pada saat itulah dia terkejut karena tangki bensinnya tidak berkurang, padahal dia sudah menempuh jarak ratusan kilometer dan tidak menambah/membeli bensin dalam perjalanannya tersebut. Melihat kejadian ini maka yakinlah dia bahwa penumpang gembel tadi adalah RB Prawira Purba.
Menjelang senja sampailah Sastro di Yogyakarta, tepat di depan kantor pos (samping BI) kembali Sastro terkejut. Penumpang gembel yang turun di Pasar Legi Solo telah lebih dulu sampai di Yogya dan terlihat berdiri di depan Kantor Pos sambil tertawa terkekeh-kekeh menertawakan Sastro yang baru saja sampai di Yogyakarta.

Sesampainya di Kemetiran Sastro melaporkan peristiwa kemalangannya tersebut kepada sang pemilik kendaraan yang bernama Tiong Hien. Sastro kembali menceritakan peristiwa sewa dan perjalanannya ke Madiun tanpa mendapatkan uang sewa sepeserpun, Sastro meminta maaf karena hari itu tidak dapat membayar setoran. Beruntung Tiong Hien cukup memaklumi keadaan Sastro, bahkan Sastro diberi uang sekadarnya untuk belanja istrinya di rumah.

Menurut beberapa orang peristiwa tersebut dianggap isyarat dimana perjalanan ke Madiun melambangkan perjalanan ke Timur, dan setelah kembali keduanya berpisah di Pasar Legi. Legi berarti manis, maka usaha Sastro dan Tiong Hien memang akan memberikan keuntungan dan kesenangan bila memilih jurusan timur. Kenyataannya menurut keterangan yang bersangkutan hal tersebut memang benar adanya.


repost kaskus TS "mdiwse"

No comments:

Post a Comment