Kisah RB Prawira Purba dengan Sopir Sastro
Pada masa itu di Yogyakarta sudah mulai ada mobil. Mobil selain milik
pribadi terdapat juga taksi yang dapat disewa untuk mengantarkan
penumpang sesuai pesanan. Di daerah jalan Solo sekitar depan bioskop
Rahayu (kalau sekarang sekitar timur Mall Galeria) merupakan tempat
mangkal/parkir taksi jurusan Solo (Surakarta)/arah timur lainnya.
Pagi itu ada beberapa taksi yang sedang parkir, salah satunya bernama
Sastro. Sopir Sastro yang tinggal di Sosrowijayan dan mangkal di depan
bioskop Rahayu tersebut didatangi seorang gembel dan mencarter opelet
Sastro menuju jurusan timur. Tanpa banyak komentar, Sastro segera
mengemudikan kendaraannya. Walaupun penumpang seorang gembel, tetapi
Sastro tetap menghormati sang penumpang dan keduanya sama-sama diam
tidak banyak yang dibicarakan.
Setelah sekian lama berjalan sampailah keduanya di kota Solo, Sastro
bermaksud mengisi bahan bakar bagi kendaraannya agar dapat melanjutkan
perjalanan, akan tetapi oleh sang penumpang diperintahkan agar terus
saja jalan ke timur keluar kota Solo. Sastro sadar bahwa kapasitas bahan
bakar kendaraannya sudah menipis, akan tetapi begitu diperintahkan si
gembel dia merasa tidak dapat menolak perintah tersebut. Dengan mulut
terkatup rapat Sastro terus menginjak gasnya, setelah sekian lama
berjalan dia mulai berpikir dan teringat mengenai kabar hebohnya seorang
sakti dari keraton Yogyakarta yang belum lama berselang. Dia mulai
curiga apakah penumpang gembel ini adalah yang menjadi pembicaraan di
kota Yogyakarta?.
Setelah sekian lama berselang, sampailah keduanya di Madiun. Setelah
berputar-putar di kota Madiun Sastro mendapat perintah untuk kembali.
Dengan lewat jalan yang sama dilalui saat berangkat, sampailah keduanya
di daerah Pasar Legi Solo dan penumpang memerintahkan untuk berhenti.
Penumpang langsung turun tanpa mengucapkan sepatah katapun dan berlalu
meninggalkan Sastro tanpa memberi ongkos. Karena sudah curiga akan
identitas si gembel penumpangnya, maka Sastro diam saja dan tidak
berusaha mengejar ataupun melapor kepada aparat kepolisian. Setelah
termenung beberapa saat dan bertanya-tanya dalam hati apakah
penumpangnya tersebut adalah RB Prawira Purba, Sastro akhirnya
memutuskan akan kembali ke Yogyakarta. Yang pertama dia lakukan sebelum
melanjutkan perjalanan adalah memeriksa bahan bakar kendaraannya, pada
saat itulah dia terkejut karena tangki bensinnya tidak berkurang,
padahal dia sudah menempuh jarak ratusan kilometer dan tidak
menambah/membeli bensin dalam perjalanannya tersebut. Melihat kejadian
ini maka yakinlah dia bahwa penumpang gembel tadi adalah RB Prawira
Purba.
Menjelang senja sampailah Sastro di Yogyakarta, tepat di depan kantor
pos (samping BI) kembali Sastro terkejut. Penumpang gembel yang turun di
Pasar Legi Solo telah lebih dulu sampai di Yogya dan terlihat berdiri
di depan Kantor Pos sambil tertawa terkekeh-kekeh menertawakan Sastro
yang baru saja sampai di Yogyakarta.
Sesampainya di Kemetiran Sastro melaporkan peristiwa kemalangannya
tersebut kepada sang pemilik kendaraan yang bernama Tiong Hien. Sastro
kembali menceritakan peristiwa sewa dan perjalanannya ke Madiun tanpa
mendapatkan uang sewa sepeserpun, Sastro meminta maaf karena hari itu
tidak dapat membayar setoran. Beruntung Tiong Hien cukup memaklumi
keadaan Sastro, bahkan Sastro diberi uang sekadarnya untuk belanja
istrinya di rumah.
Menurut beberapa orang peristiwa tersebut dianggap isyarat dimana
perjalanan ke Madiun melambangkan perjalanan ke Timur, dan setelah
kembali keduanya berpisah di Pasar Legi. Legi berarti manis, maka usaha
Sastro dan Tiong Hien memang akan memberikan keuntungan dan kesenangan
bila memilih jurusan timur. Kenyataannya menurut keterangan yang
bersangkutan hal tersebut memang benar adanya.
repost kaskus TS "mdiwse"
No comments:
Post a Comment